laporan potensiometri 15 mei 2018



 
Laporan Praktikum

PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS
“POTENSIOMETRI


DISUSUN
OLEH
 ANA DIANTIKA



 








KELOMPOK        :    I (SATU)
KELAS                  :    C-S1 FARMASI 2017
ASISTEN              :    AGUS RUSDIN
                       








LABORATORIUM KIMIA FARMASI
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2018

BAB I

PENDAHULUAN
1.1            Latar Belakang
Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk disalurkan dan digunakan pada pengobatan serta pencegahan penyakit. Farmasi mencakup pengetahuan mengenai identifikasi, pemilahan, aksi farmakologis, pengawetan, penggabungan, analisis, dan pembakuan bahan obat (drugs) dan sediaan obat (medicine). Bidang ilmu farmasi merupakan gabungan dari beberapa cabang ilmu pengetahuan lain diantaranya adalah kimia analisis (Siregar, 2003).
Kimia analisis dalam penerapannya terbagi atas dua teknik analisis dasar, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif adalah suatu analisa yang digunakan untuk mengetahui kadar suatu zat yang berkaitan dengan penetapan beberapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel. Sedangkan analisis kualitatif adalah suatu proses dalam mengidentifikasi keberadaan suatu senyawa kimia dalam suatu larutan atau sampel yang tidak  diketahui (Cairns, 2004).
Sebagian besar metode analitik didasari pada sifat-sifat elektrokimia larutan. Teknik analisis elektrokimia merupakan salah satu analisis instrumental, disamping teknik analisis spektroskopi. Sistem pengukuran dalam analisis elektrokimia didasarkan pada signal-signal listrik yang timbul sebagai hasil interaksi antara materi dengan listrik, baik berupa potensial maupun hantaran listrik.  Beragam teknik analisis elektrokimia telah banayak dipakai dalam laboratorium sebagai alat-alat instrumen dasar. Berbagai metode elektroanalitik adalah voltametri, Coulometri, Kondukmetri, dan potensiometri.
Potensiometri adalah cabang dari ilmu kimia yang mempelajari ilmu pengukuran potensial dari suatu elektroda. Pengukuran potensial elektroda banyak digunakan untuk dalam ilmu kefarmasian terutama untuk pengukuran pH. Metode analisis potensiometri ini didasarkan pada pengukuran potensial sel elektrokimia (Basset, 1994).

            Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa teori tentang analisis potensiometri ini sangatlah penting untuk dipelajari. Oleh sebab itu, untuk menambah pengetahuan kita tentang kimia analisis, maka dilakukan percobaan ini.
1.2       Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan kali ini adalah mahasiswa diharapkan mengetahui dan memahami cara penetapan kadar  dengan metode tertentu.
1.2              Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan kali ini yaitu, mahasiswa mengetahui dan memahami cara penentuan kadar asam asetat menggunakan metode potensiometri.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1       Dasar Teori
2.1.1    Titrasi
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volume larutan standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak dikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volum larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi (Underwood, 1999).
Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi (biasanya sudah diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses titrasi suatu zat berfungsi sebagai titran dan yang lain sebagai titrat. Titrat adalah larutan yang dititrasi untuk diketahui konsentrasi komponen tertentu.Titik ekivalen adalah titik yg menyatakan banyaknya titran secara kimia setara dengan banyaknya analit. Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul) yang dianalisis atau ditentukan konsentrasinya atau strukturnya.Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Dalam titrasi biasanya diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan larutan yang dititrasi kemudian dilakukan proses pengenceran (Haryadi, 1990).
2.1.2    Potensiometri
Potensiometri adalah cabang dari ilmu kimia yang mempelajari ilmu pengukuran potensial dari suatu elektroda. Pengukuran potensial elektroda banyak digunakan untuk dalam ilmu kefarmasian terutama untuk pengukuran pH. Metode analisis potensiometri ini didasarkan pada pengukuran potensial sel elektrokimia (Basset, 1994).
Suatu eksperimen dapat diukur dengan menggunakan dua metode yaitu, pertama potensiometri langsung yaitu pengukuran tunggal terhadap potensial dari suatu aktivitas ion yang diamati, hal ini terutama diterapkan dalam pengukuran pH larutan air. Kedua titrasi langsung, ion dapat dititrasi dan potensialnya  diukur sebagai fungsi volume titran.  Potensial sel diukur sehingga dapat digunakan untuk menentukan titik ekuivalen. Suatu potensial sel galvani bergantung pada aktifitas spesies ion tertentu dalam larutan sel, pengukuran potensial sel menjadi penting dalam banyak analisis kimia (Basset, 1994).
Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yang diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Dari grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri ini bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir titrasi dengan indikator (Rivai, 1995).
Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan volume pada mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan titran. Dalam titrasi secara manual, potensial diukur setelah penambahan titran secara berurutan, dan hasil pengamatan digambarkan pada suatu kertas grafik terhadap volume titran untuk diperoleh suatu kurva titrasi. Dalam banyak hal, suatu potensiometer sederhana dapat digunakan, namun jika tersangkut elektroda gelas, maka akan digunakan pH meter khusus.  Karena pH meter ini telah menjadi demikian biasa, maka pH meter ini digunakan untuk semua jenis titrasi, bahkan apabila penggunaannya tidak diwajibkan (Basset, 1994).
Reaksi-reaksi yang berperan dalam pengukuran titrasi potensiometri   yaitu reaksi pembentukan kompleks reaksi netralisasi dan pengendapan dan reaksi redoks. Pada reaksi pembentukan kompleks dan pengendapan, endapan yang terbentuk akan membebaskan ion terhidrasi dari larutan. Reaksi netralisasi terjadi pada titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda indikatornya elektroda gelas. Tetapan ionisasi harus kurang dari 10-8. Sedangkan reaksi redoks dengan elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan pada titrasi redoks. Oksidator kuat (KMnO4, K2Cr2O7, Co(NO3)3) membentuk lapisan logam-oksida yang harus dibebaskan dengan reduksi secara katoda dalam larutan encer (Khopkar, 1990).
   Potensial dalam titrasi potensiometri dapat diukur sesudah penambahan sejumlah kecil volume titran secara berturut-turut atau secara kontinu dengan perangkat automatik. Presisi dapat dipertinggi dengan sel konsentrasi. Elektroda indikator yang digunakan dalam titrasi potensiometri tentu saja akan bergantung pada macam reaksi yang sedang diselidiki. Jadi untuk suatu titrasi asam basa, elektroda indikator dapat berupa elektroda hidrogen atau sesuatu elektroda lain yang peka akan ion hidrogen, untuk titrasi pengendapan halida dengan perak nitrat, atau perak dengan klorida akan digunakan elektroda perak, dan untuk titrasi redoks (misalnya, besi(II)) dengan dikromat digunakan kawat platinum semata-mata sebagai elektroda redoks (Khopkar, 1990).
2.1.3    Elektroda dalam Potensiometri
Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yang diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Dari grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Elektroda indikator adalah elektroda yang potensialnya bergantung pada konsentrasi ion yang akan ditetapkan dan dipilih berdasarkan jenis senyawa yang hendak ditentukan. Sedangkan elektroda pembanding adalah elektroda yang potensialnya diketahui dan selama pengukuran tetap konstan. Elektroda pembanding yang banyak digunakan adalah elektroda kalomel karena konstannya potensial yang dihasilkan. Antara elekroda pengukur (elektroda indikator) dan elektroda pembanding terdapat jembatan arus atau garam dengan larutan elektrolit yang di dalamnya terdapat transport ion arus (Widjaja, 2008). Sedangkan menurut Rivai (1995), cara potensiometri ini bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir titrasi dengan indikator.
1.                  Elektoda Pembanding
Di dalam beberapa penggunaan analisis elektrokimia, diperlukan suatu elektroda pembanding (refference electrode) yang memiliki syarat harga potensial setengah sel yang diketahui, konstan, dan sama sekali tidak peka terhadap komposisi larutan yang sedang selidiki.Pasangan elektroda pembanding adalah elektroda indikator disebut juga (working electrode) yang potensialnya bergantung pada konsentrasi zat yang sedang diselidiki (Rivai, 1995).
2.         Elektroda Indikator
Elektroda indikator (elektroda kerja) adalah suatu elektroda yang potensial elektrodanya bervariasi terhadap konsentrasi (aktivitas) analit yang diukur. Elektroda indikator harus memenuhi beberapa syarat antara lain harus memenuhi tingkat kesensitivan yang terhadap konsentrasi analit. Tanggapannya terhadap keaktifan teroksidasi dan tereduksi harus sedekat mungkin dengan yang diramalkan dengan persamaan Nernst. Sehingga adanya perbedaan yang kecil dari konsentrasi analit, akan memberikan perbedaan tegangan (Rivai, 1995).
Keuntungan dari metode potensiometri adalah biayanya yang relatif murah dan sederhana. Voltameter dan elektroda jauh lebih murah daripada instrumen saintifik yang paling modern. Selain itu kelebihan dari metode potensiometri yaitu pada saat potensial sel dibaca tidak ada arus yang mengalir dalam larutan (arus residual tatanan sel dan efek polarisasi dapat diabaikan). Manfaat potensiometri juga untuk menetapkan tetapan kesetimbangan. Potensial-potensial yang stabil sering diperoleh dengan cukup cepat dan tegangan yang mudah dicatat sebagai fungsi waktu, sehingga potensiometri kadang juga bermanfaat untuk pemantauan yang kontinyu dan tidak diawasi (Skoog, 1998).
Potensiometri pada dasarnya bersifat nondestruktif terhadap sampel, dalam pengertian bahwa penyisipan elektroda tidak megubah komposisi larutan uji (kecuali untuk sedikit kebocoran elektrolit dari elektroda acuan) (Khopkar, 1990). Sedangkan menurut Vogel (1994), metode potensiometri merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk menentukan kandungan ion-ion tertentu dalam suatu larutan, titrasi terhadap vitamin c (bersifat asam) mungkin juga bersifat basa. Selain itu, metode potensiometri dapat juga digunakan dalam penetapan nikel dan kobal dengan pengkomlekskan denga sianida, penetapan flourida dengan metode titik nol, penetapan besi (III) dengan EDTA dan standarisasi larutan kalium permanganate dengan kalium iodide.
Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan volume pada mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan titran. Dalam titrasi secara manual, potensial diukur setelah penambahan titran secara berurutan, dan hasil pengamatan digambarkan pada suatu kertas grafik terhadap volum titran untuk diperoleh suatu kurva titrasi. Dalam banyak hal, suatu potensiometer sederhana dapat digunakan, namun jika tersangkut elektroda gelas, maka akan digunakan pH meter khusus.  Karena pH meter ini telah menjadi demikian biasa, maka pH meter ini dipergunakan untuk semua jenis titrasi, bahkan apabila penggunaannya tidak diwajibkan (Basset, 1994).
Bermacam reaksi titrasi dapat diikuti dengan pengukuran potensiometri. Reaksinya harus meliputi penambahan atau pengurangan beberapa ion yang sesuai dengan jenis elektrodanya. Potensial diukur sesudah penambahan sejumlah kecil volume titran secara berturut-turut atau secara kontinyu dengan perangkat automatik. Presisi dapat dipertinggi dengan sel konsentrasi (Khopkar, 2003).
1.         Reaksi netralisasi: Titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda indikatornya elektroda gelas. Tetapan ionisasi harus kurang dari 10-8.
2.         Reaksi pembentukan kompleks dan pengendapan: Pembentukan endapan atau kompleks akan membebaskan ion terhidrasi dari larutan. Biasanya digunakan elektroda Ag dan Hg. Berbagai logam dapat dititrasi dengan EDTA.
3.                  Reaksi redoks: Elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan pada titrasi redoks. Oksidator kuat (KMnO4, K2Cr2O7, Co(NH3)3) membentuk lapisan logam-oksida yang harus dibebaskan dengan reduksi secara katoda dalam larutan encer.
2.2       Uraian Bahan
2.2.1    Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi                :    AETHANOLUM
Nama Lain                  :    Alkohol, etanol, ethyl alkohol
Rumus Molekul           :    C2H5OH
Berat Molekul             :    46.07 gr/mol
Rumus Struktur           :                                                        


Pemerian                     :    Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan                    :    Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform p dan dalam eter p.
Khasiat                        :    Antiseptik (membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri pada jaringan hidup), desinfektan (membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri pada jaringan mati) dan sebagai kosolven (pelarut).
Kegunaan                    :    Untuk mensterilkan alat.
Penyimpanan               :    Dalam wadah tertutup baik, terhindar dari cahaya, ditempat sejuk jauh dari nyala api.
2.2.2    Aqua destilata (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi                :    AQUA DESTILATA
Nama Kimia                :    Dihydrogen monoxida
Rumus Molekul           :    H2O
Berat Molekul             :    18.02 gr/mol

Rumus Struktur           :   


Pemerian                     :    Cairan jernih, tak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Kegunaan                    :    Sebagai pelarut
Penyimpanan               :    Dalam wadah tertutup baik
2.2.3    Asam asetat (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi                 :    ACIDUM ACETICUM
Nama lain                   :    Asam Cuka
Rumus molekul           :    C2H4O
Berat molekul             :    60,05gr/mol
Rumus struktur           :   



Pemerian                     :    Cairan jernih, tidak berwarna; bau khas, menusuk; rasa asam yang tajam.
Kelarutan                    :    Dapat bercampur dengan air, dan denga gliserol.
Kegunaan                   :    Sebagai sampel.
Penyimpanan              :    Dalam wadah tertutup rapat.
2.2.4    Natrium Hidroksida (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi                 :    NATRIUM HIDROCIDUM
Nama lain                   :    Natrium Hidroksida
Rumus molekul          :    NaOH
Berat molekul             :   40,00 gr/mol
         O
   Na          H
Struktur molekul        :


Pemerian                     :    Bentuk batang massa hablur air keeping keping, keras dan rapuh dan menunjukkan susunan hablur putih mudah meleleh basa sangat katalis dan korosif segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan                    :    Sangat mudah larut dalam air
Kegunaan                   :    Sebagai reagen.
Penyimpanan              :    Dalam wadah tertutup baik.



BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1       Waktu dan Tempat
            Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at 6 April 2018 pada pukul 07.00-14.30 WITA, bertempat di Laboratorium Kimia Farmasi, Jurusan Farmasi, Universitas Negeri Gorontalo
3.2       Alat dan Bahan
3.2.1    Alat
            Adapun alat yang digunakan saat praktikum adalah botol plastik, botol coklat, buret, gelas beker, gelas ukur, klem, pH meter, pipet tetes, statif.
3.2.2    Bahan
            Adapun bahan yang digunakan saat praktikum adalah Aquadest, alkohol 70%, asam asetat, NaOH.
3.3       Cara Kerja
3.3.1    Pembuatan Larutan Baku NaOH 0,1 N
1.         Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.         Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3.         Diambil 4 gr NaOH kemudian dilarutkan dalam 1000 ml aquadest
4.         Diambil 50 ml larutan lalu dimasukan kedalam buret.
3.3.2    Titrasi Asam Asetat
1.         Dibersihkan alat menggunakan alkohol  70%
2.         Diambil sebanyak 6,67 ml asam asetat dan dilarutkan dalam 100 ml air
3.         Diambil sebanyak 5 ml kemudian dimasukan kedalam gelas kimia
4.         Dikalibrasi pH meter dalam air dan diatur pada ph 7
5.         Diukur pH awal larutan tersebut
6.         Dilakukan titrasi untuk 5 ml analit
7.         Dilakukan pengukuran pH setiap penambahan 1 ml titran
8.         Dicatat hasil pengukuran pH dan dibuat kurva hubungan antara volume titran dan pH
9.         Dihentikn titrasi setelah terjadi kenaikan pH secara drastis
10.       Ditentukan titik ekuivalen.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1       Hasil
4.1.1    Tabel Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 pH Larutan Setiap Penambahan 1 ml NaOH
Volume
pH
0 ml
3,3
1 ml
4,4
2 ml
4,5
3 ml
4,8
4 ml
5,1
5 ml
5,5
6 ml
6,8
7 ml
11,2
4.1.2    Grafik
Grafik 4.1 Hubungan pH Larutan dan Volume Penambahan NaOH












4.2       Reaksi Kimia
CH3COOH +  NaOH            CH3COONa +  H2O
4.3       Perhitungan
            Perhitungan Kadar Asam Asetat
            Dik V1   = 6,1 ml         Mr asam asetat = 60,05 gr/mol
                  V2   =  5 ml           
                  N1    =  0,1 ml
            Dit % kadar asam askorbat= ?
            Cara 1:
% asam asetat  =   x 100%
                                    =   x 100%
                                    =  0,73261%
            Cara 2:
            V1 xV1   = N2 x V2
            0,1 x 6,1= N2 x 5 ml
                    N2  =
                    N2  = 0,122
N            =  x  x a
            0,122      =  x  x 1
          gr          =
gr         = 0,0366305 gr
            % K        =
                           =  x 100%
                           = 0,73261%

4.4       Pembahasan
Potensiometri adalah suatu teknik analisis pengukuran konsentrasi sebagai fungsi dari potensial dalam suatu sel elektrokimia. Metode ini sangat berguna untuk menentukan titik ekuivalen suatu titrasi secara instrumen sebagai pengganti indikator visual. Ketelitian titrasi potensiometri lebih tinggi dibandingkan dengan titrasi visual yang menggunakan indikator.
Pada praktikum kali ini, digunakan larutan NaOH 50 ml 0,1 N sebagai titran dan CH3COOH 5 ml. Alat yang digunakan pada percobaan ini disterilkan dari mikroorganisme menggunakan alkohol. Menurut Katzung (2001), tujuan penggunaan alkohol ini sebagai atiseptik untuk menghilangkan mikroorganisme pada alat.
Digunakan aquadest 1000 ml untuk melarutkan 4 gr NaOH sebagai larutan baku yang akan digunakan sebanyak 50 ml. Titrasi kali ini digunakan asam asetat 5 ml sebagai titrat. Kalibrasi pH meter dilakukan terlebih dahulu sebelum digunakan, proses ini bertujuan agar skala yang ditunjukkan pada pH meter adalah benar. Air merupakan larutan yang bermuatan netral sehingga sering digunakan untuk mengkalibrasi pH meter. Penggunaan pH meter sebagai alat ukur untuk mengukur pH pada larutan titrat yang dianalisis, dengan pH awal titrat asam asetat sebesar 3,3.  Menurut Adinda (2017), alat dikalibrasi dengan cara mencelupkan pH meter kedalam air dengan pH normal lalu di celupkan pada air dengan pH asam, setelah itu di celupkan kembali kedalam air dengan pH normal selanjutnya dicelupkan kedalam air dengan pH basa lalu di celupkan kembali ke air dengan pH normal.
Penambahkan volume NaOH setiap 1 ml diukur besar pH setiap bertambahnya volume titran. Penambahan titran pada saat nilai potensial terukur relatif tidak berubah, maka titrasi dihentikan setelah terjadi lompatan potensial yang drastis dari pH 6,8 hingga 11,2. Menurut Sumar (1994), lonjakan pH terjadi disebabkan terjadinya titik kesetimbangan dimana ion hidrogen (H+) dari asam asetat telah habis bereaksi dengan ion hidroksida (OH-) dari NaOH dengan reaksi kimia sebagai berikut.
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) CH3COONa(aq) + H2O(l)
 Pada volume ke 7 ml, nilai potensial naik hingga 11,2 dan ketika dilakukan titrasi pada volume ke 8 ml, kenaikan besar pH menjadi relatiif rendah. Sehingga diakhiri proses titrasi pada volume titran ke 7 ml. Karena menurut Suyanta (2005), pada metode titrasi potensiometri, titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan potensial yang drastis. Ketelitian yang diperoleh akan lebih baik dari pada titik ekivalen yang ditandai dengan perubahan warna maupun adanya endapan.
Pada titrasi potensiometri ini tidak digunakan indikator seperti metode pengkuran analis lainnya sehingga titrasi dikatakan sebagai titrasi yang sederhana. Menurut Watoni (2009), metode potensiometri ini bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaraan sangat pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir titrasi dengan indikator.
Titik akhir titrasi diharapkan mendekati titik ekuivalen sehingga data yang dihasilkan dianggap memiliki kesalahan yang kecil. Praktikum potensiometri ini dilakukan dengan tujuan untuk membuat kurva hubungan antara pH dan volume titran, menentukan titik akhir titrasi, dan menentukan kadar larutan asam asetat yang dianalisis. Menurut Widjaja dan Laksmiani (2009), melalui kurva hubungan antara volume titran dan pH dapat ditentukan titik akhir titrasinya. Titik akhir titrasi dideteksi dengan menetapkan volume di mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan penitrasi.
                Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatlah titik akhir yaitu pada penambahan volume titran 7 ml mencapai 11,2 ml dengan mengamati grafik hubungan antara pH dengan volume titran, dengan titik ekuivalen titrasi pada pH netral sebesar 7. Setelah diketahui titik kesetimbangan pada titrasi tersebut, selanjutnya dilakukan perhitungan kadar asam asetat. Berdasarkan hasil yang diperoleh, persen kadar asam asetat dalam larutan sampel adalah 0,73261%.
Adapun kemungkinan kesalahan pada praktikum kali ini yaitu ketidaktelitian pada saat memindahkan larutan yang telah diukur sebelumnya. Sehingganya volumenya menjadi tidak akurat lagi.


BAB V
PENUTUP
5.1       Kesimpulan
Dari percobaan diatas, dapat disimpulkan bahwa cara untuk menentukan penetapan kadar dengan metode potensiometri adalah menggunakan pH meter sebagai tolak ukur dalam menentukan kadar asam asetat. Berdasarkan hasil yang diperoleh, persen kadar asam asetat dalam larutan sampel adalah 0,73261%.
5.2       Saran
5.2.1     Laboratorium
Diharapkan adanya penambahan sarana dan prasarana laboratorium agar lebih lengkap sehingga jalannya praktikum dapat terlaksana dengan baik dan seseuai dengan yang di inginkan
5.2.2    Asisten
Diharapkan agar kerja sama antara asisten dan praktikan lebih ditingkatkan dengan banyak memberi materi atau pengetahuan mengenai apa yang akan dipraktekan  dilaboratorium kimia farmasi.
5.2.3    Praktikan
            Diharapkan agar lebih teliti dalam mengukur volume sampel yang akan digunakan dan menjaga kebersihan selama praktikum berlangsung.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

herbal pinogu gorontalo april 2018